Demonstrasi gabungan mahasiswa yang melabelkan kelompoknya dalam Jaringan Kampus (Jarkam) selalu diakhiri bentrok antara mahasiswa dan polisi sampai dengan lempar batu. Namun aksi kali ini cukup berbeda, bukan hanya batu yang dilempar, kotoran manusia pun dilempar ke arah sejumlah aparat.
Dalam setiap aksinya, jumlah massa aksi Jarkam tidaklah banyak, sekitar 20-30 massa aksi. Mereka mengaku sebagai
mahasiswa gabungan dari berbagai kampus di Jakarta. Meski jumlahnya tidak banyak, ciri khas demonstrasi mereka adalah memblokade jalanan. Akibatnya kemacetan terjadi dalam setiap aksi mereka.
Entah konsisten atau apa menyebutnya, isu yang diusung tidak pernah berubah, hal itu terlihat dalam spanduk yang mereka bawa bertuliskan 'Turunkan Rezim SBY-Boediono Sekarang Juga'.
Pukul 14.00 WIB, sekitar 20an mahasiswa melakukan aksi di depan kampus UKI. Bukan hanya memblokade jalanan Letjen Sutoyo, Cawang, tetapi juga membakar ban bekas yang menimbulkan asap hitam pekat.
"Jalanan adalah keramaian kota gitu, loh. Rakyat akan membantu kita," Erick Sibarani, Humas Jarkam, beralasan saat disinggung mengenai aksi yang melulu memblokade jalanan, Rabu (9/11).
Dia juga beralasan aksi dilakukan di depan kampus sebagai bentuk memberikan rangsangan kepada rekan satu kampus untuk turun ke jalan, yang menurutnya, membantu memperjuangkan nasib rakyat.
Di tengah-tengah riuh suara klakson kendaraan yang terjebak kemacetan akibat aksi blokade jalan, Erick yakin apa yang dilakukannya tersebut tidak menganggu ketertiban umum dan penguna jalan raya yang hendak melintas.
"Selama ini tidak ada keluhan dari masyarakat, itu tandanya mereka mendukung aksi," ujarnya.
Polisi berupaya mengatur arus kendaraan yang terjebak kemacetan. Demontrasi yang disertai yel caci maki kepada kepolisian terus disuarakan. Beberapa mahasiswa dari demonstran terlihat berupaya mengatur lalu lintas.
Namun, ada yang unik dari mahasiswa yang mengatur laju kendaraan. Mereka terlihat meminta rokok kepada para pengendara, khususnya sopir mikrolet dan beberapa sopir mobil boks. Rata-rata mereka memberikan rokok yang tersimpan di dashboard mobil.
"Cuma dua batang, bang," kata salah seorang sopir mikrolet rute Cililitan-Kranji sambil memacu kendaraanya melintasi pagar betis demonstran.
Pukul 15.30 WIB, seorang perwira berpangkat Letnan Kolonel dan bertugas sebagai Komandan Denma Kodam Jaya, Isa Ansori, berupaya untuk bernegosiasi dengan demonstran agar tidak memblokade jalan, namun upaya itu gagal dan mahasiswa terus berorasi dan berteriak, "Hati-hati.. Hati-hati.. Hati-hati.. Provokasi!"
Pukul 16.30 WIB, arus lalu lintas perlahan normal. Mahasiswa akhirnya menepi ke tepian jalan setelah bernegosiasi dengan Kapolres Jakarta Timur Kombes Saidal Mursalin didampingi Kasat Lantas Wilayah Jakarta Timur AKBP Sudarsono.
Tidak lama kemudian, beberapa mahasiswa memasuki gerbang samping kampus UKI dan terlihat menyarungi tangan mereka dengan plastik. Mahasiswa yang masih berada di luar kemudian masuk.
Tak disangka, aksi masih berlanjut. Beberapa mahasiswa melempar bungkusan yang diketahui kemudian adalah tinja dan air kencing ke arah polisi. Bau menyeruak tercium di lokasi aksi. Polisi memilih mundur perlahan tanpa membalas serangan mahasiswa.
Meski polisi mundur aksi terus berlanjut. Mahasiswa berjalan dengan sabuk dan bambu di tengah jalan. Tak ayal, pengendara yang membunyikan klakson menjadi sasaran kemarahan para demonstran. Satu-dua ban pun dibakar di tengah jalan menutup aksi demonstran. Api dibiarkan menyala di tengah keramaian lalu lintas. Pengendara berupaya menghindari nyala api.
Apakah aksi seperti ini layak didukung?
Comments
Post a Comment